Tips Memahami Sifat Dan Karakter Burung Ocehan
Sobat kicaumania perlu mencermati beberapa hal penting tentang burung
agar mengetahui berbagai persoalan tentang burung peliharaan dengan
pasti, pada artikel ini penulis akan membahasnya sekedar untuk menambah
pengetahuan tentang sifat dan karakter burung ocehan.

A. Daerah Asal Burung
Untuk burung ocehan, lokasi habitat asal burung penting diketahui. Hal ini dikarenakan kehidupan dan perkembangbiakan burung secara alami sangat tergantung pada vegetasi di sekitar lingkungannya. Dengan begitu, kita juga dapat menghubungkan ragam jenis pakan dan sumbernya dari tumbuhan yang ada dihabitatnya.
Kaitannya dengan hal tersebut adalah tofografi daerah hunian burung.
Faktor lain menyangkut iklim atau tinggi rendahnya curah hujan di suatu
daerah. Hal itu berpengaruh pada ragam jenis dan ketersediaan pakan.
Pengaruh lain yang bisa terjadi adalah pada pertumbuhan (ukuran) fisik
burung itu sendiri. Begitupun pada karakter atau tipe suaranya. Artinya,
perbedaan besar-kecilnya ukuran tubuh, volume suara, kering tidaknya
suara yang dimiliki, serta kecerahan warna bulu pada jenis burung yang
sama sangat tergantung pada habitatnya.
Sebagai contoh, burung anis kembang yang berasal dari jawa barat dan
jawa timur mempunyai perbedaan kualitas, baik dari ukuran fisik dan
suara kicauannya. Hal tersebut karena perbedaan iklim yang sangat
mencolok sehingga berpengaruh pada vegetasi yang ada di antara Pulau
jawa bagian barat dan Pulau jawa bagian timur. Secara alami, kondisi
tersebut berdampak langsung pada ragam langsung ragam jenis makanan yang
tersedia dan dikonsumsi burung, baik untuk bertahan hidup maupun untuk
berkembang biak.
Sebagian besar habitat di Pulau jawa bagian barat dalam kondisi basah
hampir sepanjang tahun. Hal tersebut tentunya mendukung keberadaan
hutan tropika yang lebat dan menjadi gudang makanan bagi beragam jenis
burung. Ketersediaan makananpun berlangsung secara terus menerus.
Sebaliknya, Posisi Pulau jawa bagian timur terletak dalam wilayah
bayangan hujan dari benua Australia. Oleh sebab itu, curah hujan di
Pulau jawa bagian timur khususnya di sepanjang pesisir utara lebih
bersifat musiman. Di tambah lagi musim kering terjadi secara tetap dalam
waktu berbulan-bulan. Tentu hal itu sangat berpengaruh pada vegetasi
secara alami. Hutan yang ada tidak lebat dan pada umumnya terbuka. Hanya
sebagian kecil daerah di jawa bagian timur bersifat basah dan ditumbuhi
hutan lebat. Semua itu sangat berpengaruh pada jenis dan jumlah makanan
yang tersedia. Dampaknya terhadap burung pasti pada ukuran fisik dan
kemampuannya dalam berkicau.
Dengan memahami persoalan tersebut, paling tidak kita bisa mengerti
tentang burung dari segi fisik dan kualitas suaranya. Hal itu
dimaksudkan juga berlaku pada burung unggulan jenis lain seperti
cucakrawa, murai batu, anis kembang, anis merah, branjangan, cucak ijo,
dan kacer.
B. Antara Burung Tangkapan Liar dan Hasil Penangkaran

Selama ini, burung yang diperjualbelikan di pasaran umumnya masih
merupakan hasil tangkapan liar, baik burung lokal maupun import. Adapun
burung yang berasal dari tangkaran hanya meliputi beberapa jenis seperti
kenari (Eropa, Cina, Taiwan, dan Australia), lovebird (Belanda, Belgia,
Taiwan dll), serta goldamadin dan parkit (Australia). Namun, beberapa
tahun belakang ini, burung lokal hasil penangkaran mulai mengisi
kekosongan pasar jenis burung tertentu, meskipun jumlahnya belum banyak.
Beberapa jenis burung hasil tangkaran lokal tersebut antara lain anis
kembang, anis merah, cucakrawa, jalak suren, jalak putih, jalak bali,
murai batu, kacer, dan blackthroat dll.
Secara kualitas, burung tangkaran mulai menunjukan hasil yang cukup
baik,. Perawatan untuk menjadi burung kontes atau burung lapangan juga
terbilang lebih mudah. Hanya saja, tidak semua penangkar (breeder) mau
melepas atau menjual burung hasil tangkarannya yang berpotensi dan bisa
diandalkan sebagai burung lapangan. Salah satu alasan yang diberikan
biasanya disebabkan burung tersebut hendak dijadikan bibit (indukan).
Kalaupun ingin menjualnya, breeder akan menawarkannya dengan harga
tinggi.
C. Perilaku Buruk Burung Peliharaan
Perilaku buruk pada burung peliharaan perlu dihindari. Hal ini karena
dampak yang ditimbulkan berpengaruh langsung pada kualitas suara dan
penampilannya. Satu hal yang pasti terjadi jika kelemahan ini sudah
melekat yaitu burung tersebut tidak biasa diharapkan ‘eksis’ di arena
kontes. Ada beberapa hal terkait dengan perilaku buruk yang harus
dipahami kicaumania dalam mencetak burung berkualitas unggulan sebagai
berikut.
1. Bergaya salto

Gaya salto ditunjukkan dengan cara melompat ke belakang dengan
membalikkan badannya. Gaya salto ini sering terlihat pada burung jenis
import seperti poksai jambul putih, hwa mei, poksay hitam, dan robin.
Sementara burung lokal yang selalu melakukan gaya salto adalah burung
pentet, kacer, ciblek dll. Kebiasaan buruk tersebut bisa terjadi karena
pemilihan sangkar yang kurang tepat dan kesalahan dalam perawatan.
2. Nenggak
Nenggak (dengak) ditunjukan oleh burung dengan selalu menekuk lehernya
ke belakang seperti melihat ke atas. Kebiasaan buruk ini bisa terjadi
secara berulang kali dalam waktu beberapa lama. Sering kali, nenggak
disertai dengan gerakan burung ke samping kanan, kiri, dan atas
tenggeran. Burung yang sudah mempunyai kelemahan seperti ini sangat
sulit menunjukan kicauan terbaiknya. Selain itu, performanya juga pasti
tidak menarik lagi. Nenggak bisa terjadi karena kekurangpahaman
kicaumania dalam merawat burung. Kasus nenggak sering terjadi pada
burung poksay jambul putih, hwa mei, pentet.
3. Galak
Sifat galak menjadi kelemahan lain yang bisa dimiliki burung ocehan.
Kasus burung galak berpeluang besar menimpa semua jenis burung ocehan
yang dikonteskan. Burung yang sedang memunculkan sifat galaknya akan
mengembangkan bulunya dan menabrakan diri ke dinding sangkar, seolah
ingin keluar untuk memburu lawannya. Tak jarang, burung yang saat kambuh
galaknya akan turun ke dasar sangkar. Pada saat seperti ini, burung
tidak lagi bisa diharapkan berkicau dengan kemampuan terbaiknya. Sifat
galak bisa disebabkan burung terlalu birahi (OB). Oleh sebab itu, jangan
terlalu sering mendekatkan burung ocehan (jantan) dengan betinanya.
Selain itu, sifat galak juga bisa muncul karena pengaruh pakan buatan
dan pakan pemacu suara yang diberikan secara berlebihan.
4. Berkicau di dasar sangkar
Burung yang berkicau di dasar sangkar sama sekali tidak diharapkan oleh
kicaumania. Aktivitas berkicau di dasar sangkar harus dihindari sebab
akan berpengaruh buruk pada suara dan penampilannya. Berkicau di dasar
sangkar bisa dilakukan oleh burung yang galak karena berbagai sebab. Hal
lain karena burung terlalu jinak sehingga melakukan aktivitas tersebut.
Bagi penggemar burung kontes, berkicau di dasar sangkar bisa jadi
malapetaka. Selain tidak bisa berkicau dengan maksimal, burung yang
berkicau di dasar sangkar tidak akan mempertotonkan kebolehannya. Hal
seperti itu tidak diharapkan terjadi, terutama pada branjangan dan
kerabatnya sanma, serta pai ling. Namun, tidak sedikit branjangan yang
sering berkicau di dasar sangkar. Ini bisa terjadi karena perwatannya
banyak yang kurang dipahami oleh penghobi burung. penghobipun tidak
berupaya mencari tahu cara memelihara yang benar. Branjangan dan
kerabatnya mempunyai kebiasaan berkicau sambil bertengger di atas
gundukan tanah atau bebatuan. Bahkan, dihabitanya selalu terbang turun
naik sambil berkicau. Sayangnya, kebiasaan itu tidak lagi bisa
dipertotonkannya saat dipelihara penggemarnya. Padahal, sarananya (batu)
telah disiapkan di dalam sangkar.
D. Masalah burung ocehan
Sebenarnya, permasalahan dalam memelihara burung ocehan tidak sedikit.
Seperti makhluk hidup lainnya, burung peliharaanpun memiliki beberapa
kelemahan. Setidaknya, terdapat dua kelemahan penting yang perlu
diketahui kicaumania, terkait dengan penampilan dan kesehatan burung
ocehan.
1. Kaki bersifat (scaly leg)
sering kali terjadi pada burung ocehan.
Kemunculan sisik di kaki burung biasa terjadi secara cepat maupun agak
lambat. Hal tersebut sangat tergantung pada teknik perawatannya. Jika
dicermati, kemunculan sisik terkadang hanya ditemui di bagian tungkai
(tarsus) seperti sisik pada kaki cucakrawa. Ada juga sisik yang timbul
pada jari kaki seperti yang sering ditemui pada kenari. Bahkan, sering
terjadi kemunculan sisik dari mulai tarsus sampai ke jari kakinya
seperti pada murai batu, hwamei, dan jalak.
Munculnya masalah kaki bersisik biasanya dikaitkan dengan umur burung
ocehan yang sudah tua. Walaupun anggapan tersebut bisa benar, tetapi
juga bisa salah. Setidaknya, terdapat lima faktor penyebab timbulnya
sisik pada kaki burung peliharaan sebagai berikut.
- Ukuran sangkar yang digunakan terlalu kecil sehingga gerakan burung terbatasi.
- Burung terlalu sering melompat ke sisi sangkar dan tidak dikendalikan, terutama pada bakalan liar.
- Kaki burung jarang terkena air.
- Kekurangan lemak dapat menyebabkan kaki burung cepat berisik.
- Kondisi sangkar yang buruk (kotor dan bau) karena jarang dibersihkan. Hal tersebut menyebabkan munculnya parasit penganggu dalam sangkar sehingga kaki burung di serang tungau kudis (mange mite) yang dikenal dengan knemidokoptis. Gejala serangan tungau ini diawali dengan kaki yang membesar, selanjutnya diikuti kemunculan sisik.
Kemunculan sisik pada kaki burung tidak perlu dipersoalkan, asalkan
tidak sampai menganggu aktivitas burung. Semua burung pasti akan
mengalami kaki bersisik setelah sekian lama dipelihara. Namun,
kemunculan sisik pada kaki burung harus dikendalikan dan diperlambat.
Jika dibiarkan, munculnya sisik yang terus membesar ini dapat
mempengaruhi performa dan daya tariknya. Lebih buruk lagi, hal itu dapat
menganggu kesehatannya. Bagaimana pun, kaki merupakan tumpuan utama
burung dalam melakukan aktivitasnya.
2. Mati mendadak
Kematian burung akibat terjangkit penyakit sudah biasa terjadi. Namun, kasus mati mendadak pada burung ocehan yang kondisi sebelumnya cukup sehat tentu bukan hal yang biasa. Namun, hal itu memang sering dialami oleh para kicaumania. Kematian burung bisa terjadi pada siang dan malam hari dengan berbagai penyebab. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari burung peliharaan.
Ketakutan secara berlebihan yang tidak segera diatasi dapat membuat
burung stres berat dan membuatnya mati saat itu juga. Hal tersebut
sering menimpa burung cucakrawa dan beo. Adapun faktor lain penyebab
kematian mendadak yaitu burung memakan sejenis kupu-kupu yang membawa
zat arsenik (racun)pada saat ditempatkan di luar rumah. Kroto yang basi
juga bisa menybabkan kematian pada burung poksay hitam dengan diawali
kelumpuhan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, penyebab kematian burung
secara mendadak harus dipahami terlebih dahulu sebelum mengambil
kesimpulan.
Demikian bahasan tentang “Tips Memahami Sifat Dan Karakter Burung Ocehan”, semoga bisa bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar